Thursday, May 21, 2009

Seni Menulis Resep

Temans, baru tau aku kalo menulis resep itu ada seninya. Kirain ngedesain bangunan doang..

Seni menulis resep obat adalah seni bagaimana seorang dokter menyusun komposisi obat agar tepat dengan diagnosis, tidak berat efek sampingnya pada tubuh pasien, dan juga dompet-friendly (maksudnya, pasien ga merasa kemahalan saat menebus resepnya).
Maka, konsep menulis resep yang rasional menjadi pegangan semua dokter.
Jika ada dua obat yang berkhasiat sama, tetapi harganya jauh berbeda, mengapa harus meresepkan yang mahal?

Juga tidak harus selalu meresepkan obat yang lebih baru yang biasanya lebih mahal, jika masih tersedia obat keluaran lama yang lebih murah dan khasiatnya juga terbukti. Setiap obat baru belum tentu sudah teruji kekurangannyadan efek sampingnya. So, memilih obat keluaran terbaru belum tentu aman lho..

Satu kesimpulan medis, semakin sedikit resep yang dituliskan dan berhasil menyembuhkan penyakitnya, maka semakin bijak pula si dokter dalam menuliskan resep.Sebaliknya, jika makin panjang daftar obat dalam resep, maka perlu diragukan ketepatan diagnosis si dokter. ibaratnya, masa menembak satu lalat harus menghabiskan satu renteng peluru.

Masalahnya, beberapa dokter menganggap jika resepnya ga cepet nyembuhin pasiennya, mereka khawatir dianggap ga cespleng. otomatis daftar antrian berkurang kan? berpengaruh juga pada penghasilan tuh.

Nah, untuk semua rakyat Indonesia, pelan2 yuk belajar bahwa obat yang top markotop tuh bukan yang sehari diminum langsung nyembuhin. Karna ada beberapa kasus di mana semakin cespleng obat yang diresepkan, maka makin keras lah itu obat. makin berefek samping.
Kalo menerima resep, satu-persatu tiap obat ditanyain apa komposisinya, apa efek sampingnya, berapa harganya, hihi..kasi tau juga kalo ada alergi obat, termasuk alergi obat mahal. kalo tuh dokter tampangnya kliatan ga sabaran, cabut aja dan cari dokter lain. Heuu..pantes aja tulisan di resep jelek banget, biar ga kebaca pasien dan akhirnya pasiennya pasrah weh (su'uzhon mode)

Aku jadi teringat dokter langganan yang dulu mriksa aku dan mamaku di RS PKT. seorang dokter yang saat itu sedang mencapai zaman kejayaannya (eh sekarang masih ga ya?). sukanya ngasi obat yang muahall..sebetulnya waktu itu bukan masalah kocek sih, kan berapapun tagihan obat pasti jadi tanggungan kantor. tapi..tuh obat bikin obat2an lain yang generik jadi ga mempan di badan. kasian kali mamaku ini..alhamdulillah sampe setua ini tidak terjadi penampakan penyakit yang aneh2.

*courtesy: Sehat Itu Murah by Dr. Handrawan Nadesul.

No comments: