Wednesday, May 18, 2011

On My Way Back Home

Sekitar 18-19 tahun yang lalu, aku sebagai seorang anak bersama orang tua dan kakak melakukan perjalanan darat dari Solo-Jakarta PP menggunakan mobil pribadi. Awal bulan ini, aku, sebagai seorang ibu dan istri, melakukan perjalanan Tangerang-Solo PP menggunakan mobil pribadi. Bedanya, jika dahulu aku menggunakan mobil jenis city car berusia sekitar 10 tahun, sekarang aku menggunakan mobil jenis jeep berusia 8 tahun.

Sebetulnya sang driver, yaitu suami, belum pernah mengemudi lebih dari 200 km dalam sekali jalan. paling pol ya ke Bandung. Tapi karena didominasi rasa penasaran (baca: nekad), akhirnya kami berangkat juga ke Solo, naik mobil pribadi.

Jarak TNG-Solo minimal 600 km. Dengan jarak sejauh itu, perlu supply BBM sebanyak minimal 60 L. Selain itu, karena direncanakan ini adalah perjalanan santai, maka harus ada dana penginapan. Rencananya kami akan menginap di kota Tegal. Karena kota kecil, maka dana menginap dipatok tidak lebih dari Rp 300 ribu. Selain itu, perlu juga disiapkan dana jalan tol. Jalan tol yang akan dilalui adalah Tol Bandara, Tol dalam kota Jakarta, Tol Cikampek, Tol Palimanan-Pejagan di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan Tol Bawen di Semarang. Dana tol ini kurleb Rp 65 ribu.

Selain biaya,,perlu juga cemilan buat travellernya. Menurut orang2 tua jaman dulu, pergi keluar kota ga sah kalo ga bekal sayur mayur. Benar saja, aku membawa bekal nasi buat 6 porsi. Lauknya rendang n telur asin. Buat Azki, lauknya beli aja di resto2 yg suka ada di sepanjang pantura. Selain makan berat, kami juga membawa air panas, gelas, kopi, susu Azki, dan cemilan. Wah pokoknya ini mobil udah kaya karavan. Mungkin kalo anak kami banyak (3, misalnya), kami harus membeli minibus yg dimodif jadi mini caravan, kaya' yg sering ada di film2 keluarga a la Hollywood :D

Untuk kenyamanan penghuni mobil, dibawa pula selimut dan bantal. Untuk Azki, ditambahkan boneka kelinci kesayangannya.

Sebelum berangkat, kami mendapat berbagai macam saran, misalnya: Lewat pantura aja,,, atau, Lewat selatan aja.. lhoh ini yg bener yg mana. Ternyata dari dua sumber yang berbeda, dua jalur tsb sama2 sdg mengalami kerusakan. Kami akhirnya mengambil jalur pantura. Dan benar saja, kemacetan terjadi di Brebes, setelah keluar tol Pejagan. Brebes-Tegal yg normalnya ditempuh dalam waktu 1 jam, karena macet menjadi 3-4 jam. Sebelum masuk Brebes, jalan pun banyak yang rusak (kecuali tol Palimanan-Pejagan). Makanya perjalanan menjadi ga lancar. Semua perkiraan pun menjadi meleset. Aduuh...emg ga bisa ya memperbaiki jalan itu 10 tahun sekali aja? ga perlu tiap tahun? masih banyak wooii.,,jalan rusak di Indonesia.

Alhamdulillaah..semua penghuni mobil dalam kondisi fit dan tidak ada yg rewel, terutama Azki. Aku awalnya pesimis Azki bisa survive di perjalanan 24 jam ini, mengingat aku dulu umur 9 tahun aja pasti mabuk darat kalo ke luar kota. Ternyata Azki sangaaaat kooperatif. Dia mau makan di mobil yang sedang berjalan, ga mabuk darat, kerjaannya kalo ga nyanyi2 ya tidur aja di kursi depan, tidur full 9 jam. Sampai di Solo pun dia mau makan,,ga kaya dulu yg ogah2an. untuk diketahui, perjalananan TNG-Solo ini menemppuh waktu 24 jam.

Ohya, buat yang pertama kali lewat jalur pantura (nyetir sendiri), ga perlu khawatir akan jalurnya. Ga bakalan tersesat. Kami memang bawa peta,, tapi ternyata petanya berfungsi untuk menunjukkan "Habis ini kota apa ya? kapan ya masuk tol Palimanan?".Untuk arah, semuanya rapi disajikan oleh papan penunjuk arah made in DisHub. Jadi kekhawatiran akan tersesat plus bayangan2 akan film horor hollywood tidak mungkin ada, hehehe...film horor kan suka gitu tuh alurnya, naik mobil rame2, tersesat ke desa aneh yang tidak ada di peta, trus dibantai sama psikopat di desa tsb. :D:D *kebanyakan nonton film ga bener nih*

Proses perjalanan pulang akan diceritaka nanti, kalo inget :D

Tuesday, May 3, 2011

Yu Atun

Fenomena pengasuh anak sudah ada sejak dahulu. Bahkan sejak ayah-mamaku masih kecil. Karena nenek2ku pedagang dan beranak banyak, yaa mempunyai pengasuh anak adalah opsi yang masuk akal. Kebiasaan memakai pengasuh di keluarga tetap bertahan saat aku dan kakakku lahir. Karena ayah bekerja sekaligus kuliah dan mama mempunyai usaha cemilan, jadilah aku dan kakakku tumbuh diasuh "nanny" (halah..keren amat istilahnya).

Pengasuhku bernama Yu Atun alias Yu Tun. Sapaan "yu" berasal dari kata "mbakyu", jadi karena dulu beliau masih muda ya manggilnya "yu". masa dipanggil "mbok"? hehe.. kata mama Yu Tun mulai bekerja untuk kami saat dia berumur 16 tahun. Wallahu a'lam. Yu Tun ini asalnya dari Kroya, dekat Cilacap. Karena diminta oleh nenekku, maulah dia berkelana hingga ke Bandung untuk mengasuh 2 krucils, aku dan kakakku. Kata mama, aku yang paling dekat sama Yu Tun. Dari bangun tidur sampe tidur lagi malam hari, aku selalu nempel sama Yu Tun. Bahkan Yu Tun masak pun aku tetep nempel, digendong pake kain jarik dan dikempit di bawah keteknya. huahahahaha...wah pokoknya apa2 Yu Tun deh...

Saat keluarga kami pindah ke Solo, Yu Tun ikut juga. Yu Tun nganter-jemput aku ke TK. Kalo jemputnya telat, bisa dipastikan aku akan menunggu di pojokan teras kelas sambil sesenggukan :D. Pulang sekolah jam 10 pagi Yu Tun langsung menyuapi aku makan. maklum dulu aku sangat langsing..walhasil harus makan berat 4x sehari.

Saat aku sudah masuk SD dan mama menyuruh aku berlatih berangkat-pulang sekolah sendiri, tugas Yu Tun berkurang. Dia lebih banyak berkutat di dapur, bahu-membahu dengan ART yang lain, masak atau beberes.

Saat aku pindah ke Bontang, Yu Tun pulang ke Kroya. Dia ngga mau meninggalkan simboknya yang sakit di sana. Ya suwd..saat di Bontang itulah pertama kalinya mamaku merawat bayi (adikku) tanpa ART. Tapi saat ayah-mama berangkat haji, Yu Tun berdinas lagi, tapi di Solo. Jadi selama hampir 2 bulan adikku dititipkan ke nenekku dan Yu Tun di Solo dan aku & kakakku tetap di Bontang.

Belasan tahun mengasuh anak dari satu keluarga gitu, pertanyaannya adalah: memangnya Yu Tun ngga nikah? ternyata memang tidak menikah selama dia mengasuh anak2. Sampai suatu hari kami mendengar dia menikah. Kami 3 bersaudara memang sudah relatif mandiri, tidak ada lagi bayi yang harus diurus. Sayangnya Yu Tun tidak datang saat aku menikah, karena dia sedang menunggu kedatangan anaknya dari luar Jawa.

Kemarin malam mamaku menelepon, mengabarkan bahwa Yu Tun meninggal. Kaget sekali aku,,selama ini ngga pernah terdengar kabar apa2, tau2 meninggal. Langsung deh aku teringat kembali masa2 diantar ke sekolah naik sepeda tua. Yu Tun juga yang nemenin aku kalo mama-ayah ke luar kota.
Selamat jalan ya Yu Tun, semoga kebaikan2mu terhadap keluarga kami diterima di sisi-Nya.

Jaman sekarang, susaaah sekali mencari pengasuh yang setia bertahun-tahun. Mencari yang baik dan pintar momong masih lebih gampang, walopun kadang susah juga *halah piye tho ga konsisten*. Pengasuh keponakanku, baru 1 tahun sudah resign karena mau menikah, pdhl umurnya masih sekitar 19 tahun. Dia tau kali ya, nikah itu enak, hehehe...buat yang sedang berjuang mencari ART setia, selamat berjuang yaa..