Thursday, May 28, 2009

Ranking..perlu ya?

Content postingan ini diambil dari imelnya temenku, Sandi. -boleh ya San-

ITB dan institut-institut pendidikan tinggi sejenis yang sangat spesifik akan mengalami kendala sistemik dalam perankingan kalau selalu dibandingkan dengan UNIVERSITAS- UNIVERSITAS seperti UI, UGM dan universitas- universitas besar lainnya di dunia. Universitas- universitas memiliki SIZE (ukuran) yang jauh lebih besar; memiliki fakultas yang lebih banyak, mahasiswa yang lebih banyak, dosen yang lebih banyak (ITB hanya memiliki 1.045 dosen/800 di antaranya bergelar PhD sementara UI dan UGM masing-masing lebih dari 4.000 dosen di mana masing-masing 445 dan 625 dosen bergelar PhD) dan alumni yang lebih banyak pula (UI dan UGM masing-masing memiliki lebih dari 400.000 alumni, sementara ITB kurang dari 70.000).

Meskipun penilaian dilakukan apple to apple sekalipun, ITB tetap akan sulit bersaing bila disandingkan dengan Universitas. ITB maksimal hanya akan unggul di bidang-bidang yang terbatas dimilikinya, yang memang menjadi bidang spesifiknya.

Begitu pula meskipun ITB unggul dalam penilaian Peer Reviewer dari berbagai belahan di dunia. Padahal disini sebetulnya penilaian paling fair tentang kualitas relatif suatu PT (Perguruan Tinggi) dibandingkan dengan PT lainnya. Hal ini seperti dikatakan oleh mantan Rektor Imperial College London (UK), Sir Richard Sykes yang dikutip oleh World Class University Ranking versi Time HE QS (UK) 2008: “Peer Review is an effective way to evaluate universities. It takes smart people to recognize smart people”.

Sayang, Time HE QS (UK) tidak konsisten dalam menerapkan pengertian Citation Index. Sehingga merugikan ITB dan institut teknologi lainnya dan sangat menguntungkan universitas- universitas besar. Cara penghitungan mereka Cited Article dan Time Cited Article dijumlahkan begitu saja tidak dibagi dengan jumlah populasi dosen. Mereka tidak membuat dalam bentuk Citation Index yang akan lebih mencerminkan kinerja dosen sebuah PT karena jumlah karya dan jumlah kutipannya dibagi jumlah populasi dosen

Padahal disamping ada penilaian Academic Peer Review (bobot 40%) juga ada penilaian lainnya yakni kriteria Employer Review (10%), Faculty Student Ratio (20%), Citation per Faculty(20%) , International Faculty (5%), International Students (5%). Otomatis ITB dkk dirugikan dua kali sehingga berpengaruh dalam penjumlahan skor keseluruhan

Bidang Studi: IT & Engineering:
1. ITB ranking 21 (untuk DUNIA no. 90, satu-satunya dari Indonesia yang masuk 100 besar dunia!!)
2. UI ranking 44 (untuk Dunia no. 206)
3. UGM ranking 51 (untuk Dunia no. 234)
4.Undip ranking 86
5. IPB ranking 87

Bidang Studi: Life Sciences & Medicine
1. UGM ranking 16 (untuk Dunia no. 106)
2. UI ranking 29 (untuk Dunia no. 207)
3. ITB ranking 50 (untuk DUNIA no. 210)
4. Unair ranking 59
5. Undip ranking 90
6. IPB ranking 92

Kesimpulan:
Sebaiknya perankingan PT dilakukan apple to apple pada bidang studi antar Universitas sejenis, begitu pula apple to apple bidang studi antar Institut Teknologi sejenis. Ini pasti akan lebih fair. Inilah yang telah dilakukan oleh majalah “AsiaWeek” (HK) sampai tahun 2000. Dan tentu saja oleh para lembaga pemeringkat PT di Amerika Serikat yang sejak awal mempeloporinya sampai sekarang.

Kesimpulan Ibu Azki:
Just be the best for yourself and family. So no matter where you're graduated from, it's your obligation to show your struggle living your life. --muni opo toh iki-- yang penting kerja Bos!!
Sistem ranking kadang emang bisa mematikan dan menciptakan iklim pendidikan yang ga sehat, terutama untuk jenjang SD - SMU. well..I'm not going to write anything about this silly rank.
enjoy your life, students!

No comments: