Friday, March 1, 2013

Membela Siapa, Percaya ke Siapa


Kemarin suami dapat broadcast message tentang penipuan investasi (lagi).  Tahun lalu kan lagi rame-ramenya investasi bodong Koperasi Langit Biru dan VGMC. Eeeh sekarang ada lagi, GTIS, alias Global Traders Indonesia Syariah. Dengan menempelkan label syariah dan sertifikasi halal dari MUI plussss Marzuki Alie sang ketua MPR-RI  sebagai endorser-nya, GTIs menjaring uang nasabah sekitar Rp 10 Triliun untuk dibawa kabur.

Cara berinvestasi di GTIs adalah dengan membeli minimal 100 gram emas, dengan harga lebih tinggi sekitar 20% dari harga resmi di ANTAM. Keuntungan yang ditawarkan adalah, nasabah memperoleh bunga selama jangka waktu tertentu. Selain itu nasabah bisa menjual kembali emas tsb dengan harga pasar (jika harga emas sedang tinggi) dan dengan harga awal pembelian (jika harga emas turun di bawah harga yg dibayarkan nasabah saat membeli). Dengan perjanjian ini sepintas terlihat nasabah akan selalu untung, tidak pernah rugi. Pertanyaannya,, apa benar, ada bisnis/investasi yang anti rugi?

Seorang teman mengatakan ada unsur money game di sini. Suami saya mengatakan ada unsur riba di sini. Dengan dua opini tersebut, bagaimana mungkin sertifikasi halal bisa issued? Saya ga ngerti ya juklak keluarnya sertifikasi halal itu. berikut saya cantumkan komen teman yang saya rasa lebih faham, saat saya bilang "wah jangan2 sertifikasinya made by order :D"

"Kalau fatwa pesanan, susah kayaknya, tp bisa jg ada celah, apa yg nggak bisa di sini:D Tp usaha ulama utk mengeluarkan fatwa ini cukup keras kok. Kemarin sempat ngobrol sama DPS BSM cara pemberian fatwa. Mula2 didiskusikan dulu dalam pengurus harian DSN MUI yg jumlahnya 22 orang, yang terdiri dari (sebagian besar) ilmuwan syariah bidang tsb dan sebagian ulama. Setelah hasil diskusi menghasilkan draft, dibawa ke rapat pleno, yg berjumlah 75 orang, yang terdiri dari: ilmuwan, praktisi, ulama dan otoritas. Jika ditemui kesepakatan, baru keluar menjadi fatwa"

"Ternyata ceritanya gini... Secara kehalalan, GTI itu nggak bermasalah. Karena dia sistem menghimpun modal dari masy, lalu beli emas di spot, yg harganya lebih murah tp kudu punya modal besar. Margin keuntungan besar kl perputaran modal bagus dan hitung2annya pas. Deskripsi hitung2an bisa baca tulisan Prof Roy Menel (ntar disusulkan). Sepertinya sejak bisnis ink semakin menggiurkan, pengelola mulai main2 dan mungkin juga karena pengaruh harga emas yg sedang 'istirohat', jadilah investasinya kacau, pengelola kabur."

 "klo sertifikasi halal pesanan tidak melalui audit dan sidang majelis fatwa, kayaknya sulit ya. klo mau itu terjadi maka pihak pemesan harus bisa mempengaruhi tim auditor dan pada saat yg sama hrs mempengaruhi sidang majelis fatwa, dimana itu dua tim ahli berbeda, yg satu kelompok scientist yg satu kelompok ahli syariah"

Nah... sudah ada yang pusing baca ini? hehehee...

Di satu pihak ada yang 'mati-matian' membela MUI.. saya tau MUI beranggotakan manusia pintar..sangat pintar. Tapi apakah masih ada yang ingat bahwa manusia itu tempatnya khilaf dan lupa? atau sekarang sudah lebih hebat,, ga ada manusia khilaf? Ada nasabah yang berkata,, lho kan udah dicap halal sama MUI. Naaah... di mata masyarakat awam MUI emang jadi semacam dewa,, ga mungkin salah. Padahal ga gitu kan?

Yaa memang MUI ga rugi,, apalagi si GTI. mosok nggondol 10 triliun dikata rugi. Tapi masih mending lah...si duit dibawa kaburnya ke luar nagrek -negri- kan? daripada nasabahnya Koperasi Langit Biru,, duitnya dibawa ke alam kubur, gegara si Jaya Komara-nya udah meninggal.  Cemmana nge-klaimnya coba? turut berduka kepada tetangga2 saya yang ikut tertipu..

Ada yang pernah nonton film Se7en yang dibintangi Brad Pitt? disitu disebutkan Greed -rakus- adalah satu dari deadly sin. Greed.. membuat orang yang ingin kaya lebih cepat, menjadi membabi buta menaruh uangnya di segala macam bentuk investasi.  Kalo ga bisa memahami prinsip investasi,, akhirnya yaaa tertipu oleh investasi abal-abal begini. Semoga kita tetap diberi ilmu yang bermanfaat mengenai investasi dunia-akhirat ya :)

No comments: