Friday, December 4, 2009

Sampah..sampah

Beberapa hari lalu ada pengurugan di lahan kosong depan rumah kami. Selama ini, lahan kosong tersebut berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah. Ya, rumah kami dekat dengan penampungan sampah. Cuman uniknya, penampungan yang ini sama sekali tidak menebarkan bau busuk ke rumah2 terdekatnya, apalagi lalat2. Entah kenapa, aku juga bingung. Semua orang di sekitar sini membuang sampah rumah tangganya di area ini. Dan sebagai warga yang tak bertanggung jawab pada lingkungan serta kesehatan. mereka pun secara berkala membakar sampah2 ini. Nah,, jadi tidak ada bau busuk sampah, yang ada juga bau asap. Beruntunglah kami kalo anginnya bergerak ke utara. Itu berarti asap tidak akan masuk ke rumah. kalo angin bertiup ke timur atau selatan, bisa dipastikan seisi rumah serta jemuran akan berbau asap. Huhuhu...

Dan akhirnya.. balada sampah itu berakhir sejak sekitar 5 hari lalu, saat tiba2 datang alat berat berupa Backhoe, yang mengangkut semua sampah di sana. Dan malam harinya, datanglah puluhan truk besar (ngga tau berapa kubik kapasitasnya) membawa tanah merah untuk mengurug lokasi itu. tak lupa pula alat berat untuk meratakan site. Denger2 sih, tanah ini sudah
dimiliki seseorang dan akan segera dibangun.

Pertanyaannya sekarang adalah, kemana warga membuang sampahnya? setelah tanya sana-sini, ternyata jawabannya seragam: dibakar saja di halaman masing-masing. Walahhhh...aku heran, bukannya makin kreatif menangani sampah, eeeh.. malah nambah masalah. kebayang kan kalo tiap hari tetangga mbakar sampah? tadi pagi aja langsung terasa efeknya:
tenggorokanku sakit.

apa sih yg dipikirkan orang2 sini? selama ini aku ngga pernah lihat gerobak sampah yang didorong petugas sampah. entah karena area sini ngga termasuk wilayah operasinya, atau ngga ada yg sudi bekerja sebagai pemungut sampah. Yang dipungut cuma yg bernilai ekonomis, misalnya koran, botol plastik, besi, dan botol kaca. Benar2 memprihatinkan, sekaligus menyebalkan.

org2 seperti mengabaikan hak kesehatan para bayi di sini, mereka tetap saja membakar sampah. masih mending kalo mbakarnya di dalam tong tertutup. ini kan ngga, membakarnya di udara terbuka, yang asapnya kemana-mana itu. Duhh...

ART-ku pernah mengataiku: repot amat,,, saat aku memisahkan sampah organik dgn non organik. Pikir dia, ya knapa ngga satu plastik aja, mbuangnya gampang. Yah.. orang diajari teratur ngga mau ya gini ini habitnya. Sebetulnya aku sendiri ya masih belajar memisahkan sampah. Sudah sering pula ditegur Ayah Azki, hehehe...

Aku merasa kasihan sama anak2 di sini. Dari bayi sudah menghirup asap, segala rupa asap. Mulai dari asap rokok (karena hampir semua pria di sini merokok), asap kendaraan, sampai asap pembakaran sampah.

Bisa dibilang aku dan Azki beruntung karena masih punya tempat lain yang lebih aman. tapi bayi-anak2 lain? Mereka tetap di sini. dan akan tetap di sini karena pilihan mereka.
Ah, thanks God, sebentar lagi kami akan berlibur panjang...dan.. bubye asap..

2 comments:

BunDit said...

Ah...sampah emang jadi persoalan masyarakat yg tak kunjung selesai. Wah..bagus juga mam mulai memisahkan sampah mulai dr sampah keluarga. Kalau semua keluarga memperlakukan sampah spt mommy Azki.. persoalan sampah kedepannya lebih mudah tertangani tuh. Cuma susah ya gak bisa nyuruh ART krn ART nya merasa refot hehehe..

Btw, mau liburan panjang kemana nih? Saya akhir tahun justru masuk kantor nih :-(

mami vaya said...

Soal sampah memang selalu bikin pusing ya.
Harusnya sih itu dihandle oleh kelurahan, jadi semua sampah diambil sama tukang gerobak tiap beberapa hari. Gak mungkin klo dibakar. Itu polusi bener-2........