Saturday, October 30, 2010

Mengingat dan Mensyukuri Kesehatan

Ta'ziyah dan ziarah kubur adalah cara untuk mengingat mati. Menjenguk orang sakit menurut saya adalah salah satu cara yang baik untuk mengingat bahwa sehat itu adalah karunia terbesar dari Allah SWT setelah iman.

Kemarin kami sekeluarga pergi ke Bandung untuk menjenguk teman ayah yang dirawat di rumah sakit. Beliau sudah masuk CCU sekitar 5 hari saat kami datang.
Awalnya teman ayah ini menderita diabetes sejak 4 tahun lalu, hingga akhir minggu kemarin mengalami gejala mual dan muntah. Menurut observasi dokter, sang pasien mengalami infeksi virus yang sudah menyebar hingga pankreas dan ginjal. Akibatnya, pasien harus menjalani cuci darah hampir setiap hari, dan tidak boleh makan karena pankreasnya sudah mengalami peradangan sehingga tidak bisa memproduksi enzim pencerna makanan. Segala macam nutrisi dialirkan melalui selang langsung menuju peredaran darah.

Dokter membuat sang pasien pingsan, demikian kata sang istri, untuk mengurangi rasa sakit pasien yang di tubuhnya dipasangi setidaknya 5 selang untuk menopangnya bertahan. Ibaratnya, kita aja yang sehat keselek satu butir nasi aja udah panik, apalagi pasien yang memang sedang sakit harus ditusuk jarum di sana-sini, dimasuki selang lewat hidung dan mulut, belum lagi infus dan kateter...

Saya yang awalnya tidak mau masuk ke ruang CCU, berubah pikiran karena saya pikir tidak ada jaminan 100% saya tidak berada di posisi si istri. Mata saya langsung panas saat saya melihat kondisi pasien.. seperti ada yang menahan laju napas di tenggorokan saya. Jujur saya ngga pernah menjenguk seseorang di ruang ICU/CCU. Saya tidak kenal pasien ini,,tapi sang istri berhasil membuat saya berpikir berada di posisinya, dan suami saya yang bertanya, "bagaimana jika aku adalah Rio dan kamu adalah Vina?" membuat saya menunduk, agar suami tidak bisa melihat mata saya yang merah.

Di ruang tunggu sang istri terus bercerita kepada kami tanpa henti, tanpa memperlihatkan rasa sedih.. saya yakin saya dan suami adalah orang ke-sekian puluh yang mendengar cerita ini darinya. dan dia masih tersenyum menyambut kami..

Lalu tiba2 sang istri bertanya kepada kami, apakah kami memiliki asuransi untuk penyakit berat seperti ini. Kami bilang, ya, punya. Sang istri bercerita bahwa beberapa tahun lalu, suaminya pernah menolak tawaran untuk mempunyai polis asuransi penyakit berat dengan alasan sudah mengidap diabetes. Si suami ini merasa bahwa dia tidak akan diterima menjadi nasabah jika memang harus apply. Lagipula dia merasa saat itu masih muda, sekitar 26-27 tahun. Merasa sangat sehat, hingga akhirnya di usia 29 tahun harus masuk CCU. Sang istri berkata bahwa dia harus membuka satu polis setelah suaminya sembuh, baik itu untuk suaminya ataupun diri sendiri yang saat ini harus menghandle bisnis suaminya, sekaligus menghandle 2 balita dan satu janin yang sebentar lagi akan dilahirkannya. Yap, itu ide yang bagus. Saya dan suami sependapat dengan keinginan sang istri. Tentunya saya ga berharap bahwa dana pertanggungan penyakit berat saya dan suami akan keluar,, tetapi apakah hidup selalu sesuai pesanan?

Setelah mengingat, langkah terbaik berikutnya adalah mensyukuri kesehatan: bekerja untuk keluarga, berolah raga, menjaga makan-minum, sisihkan dana untuk medical check up tiap tahun, banyak bersedekah, banyak bersilaturahmi, dan berdoa selalu.

Semoga Allah memilihkan jalan terbaik untuk keluarga besar Rio Andita.

No comments: