Saturday, February 13, 2010

Toilet Training untuk Azki

Akhirnya ibu berupaya keras mengalahkan rasa malasnya agar bisa segera mentatur Azki.

Langkah apa saja yang ditempuh ibu di proyek besar ini?

Langkah pertama adalah membeli potty alias pispot. Yang biasa aja, plastik warna pinky cap Kiramas. Ada yg bagus capnya Puku Petit, tp harganya 4x lipat. Weleh, mahal2 cuma buat wadah T-41, hihihi..ngga rela eike. Mending buat beli buku di Gramed :p, atau mborong film di ITC kuningan :D

Langkah kedua adalah mengajak Azki berkenalan dengan sang potty. Sejak di toko Azki sudah jatuh hati dengan sang potty. Bahkan hampir ngga mau dibawa ke kasir. sampai di rumah, itu potty ditunggangi mulu. Giliran piss, di samping potty, hehehe..

Langkah ketiga, mendudukkan Azki di potty sesaat setelah bangun tidur. 3 kali percobaan pertama, sukses!! suksesnya cuma buat acara pipip setelah bangun tidur. selain waktu tsb, gagal total. Apalagi pupnya, Azki kalo ngeden ngga keliatan dari mukanya. jadi suka terlambat dibawa ke potty. tapi ya ngga papa, namanya juga belajar, belum ada 1 minggu pula umur si potty.

Langkah keempat, berusaha keras bercanda saat kebobolan, alias Azki pipis/pup di luar potty. Kadang Azki suka marah kalo didudukkan di potty. makanya kadang pottynya dibawa ke halaman belakang, dan Azki diajak duduk di situ sambil diiming2i ada kucing lewat. Hehe..padahal boong :p

Langkah kelima, mengurangi pemakaian reusable diaper dan celana plastik. Ini biar Azki merasa risih kalo urinenya mulai mengucur. Biasanya kan kalo pake celana plastik, dia diem aja. Nah, karena sudah lepas, dia bisa nunjuk2 ompolnya sambil bilang "nih,,iniih,,". Yang kelabakan adalah Sang Emak, neneknya Azki. karena sofanya sudah jadi korban ompolnya Azki, dan menantunya ini tidak mau berrtanggung jawab. Akhirnya emak protes kenapa Azki ngga pake celana plastik. Kayanya kalo Azki keseringan ngompol di rumah emak, bisa2 dilarang main ke sana nih :D.

Yah..begitulah awal dari Toilet Training untuk Azki. Toilet Training atau Toilet Learning ya? pilih Training aja ah,, kan kaya Training Cup, Training Center, Celana Training, hehehe...ngga penting :p

Nah, belum ada sebulan ini, Azki sudah mulai menunjukkan tanda2 kemajuan. Lebih cepat ngasi tau pertanda mau pup. dan langsung cepat2 ke potty kalo sudah pipis, hihihi...^_^

Anak penjual nasi uduk di depan rumahku sedang hamil 6 bulan.
Iseng-iseng aku nanya:

A : sudah ketauan dong, cewe/cowonya
X : belum
A : lho, emang ngga di-USG?
X : ah ngapain. orang kita mah, dikasi cewe/cowo, sama saja. Mahal Ly, klo USG.
A : oh gitu. Tapi USG ngga cuma ngliatin jenis bayi lho.
X : emangnya bisa ngapain aja?
A : macem-macem. tinggal tanya sama dokternya

Aku jadi teringat dua tahun lalu saat hamil Azki. Ketika di-USG, pertanyaan yang beberapa kali kuajukan adalah: estimasi berat janin, ukuran kepala, lokasi plasenta, lokasi tali pusar, air ketuban, jumlah tangan-kaki janin, dan posisi janin. Waktu itu, kalo istirahat di kantor suka nonton TV. Beritanya suka aneh2. Bayi yang sakit ini-lah, bayi yang cacat itulah..makanya suka parno sendiri. sama temen kantor malah dilarang nonton berita kaya gitu. katanya pamali. akhirnya nonton TVnya pas infoteinmen sajah, hehehe..*karena sdg hamil, dapat dispensasi tidak sering turun lapangan, tapi harus memantau kondisi penawaran material --disambi nonton TV tentunya, hehe

Balik ke cerita USG tadi. Apakah biaya cek melalui USG mahal? ya relatif. 8 bulan pertama masa kehamilan, biaya USG-ku di RSB Duren Tiga adalah 75 ribu, kira2 segitulah. Nah pas pindah ke Solo, biayanya adalah 25 ribu. Ya mungkin untuk beberapa orang memang mahal. Tapi itu omong kosong saja, lha wong para suami di daerah sini sanggup kok mbakar rokok puluhan bungkus dalam 1 bulan. kenapa disuruh USG malah bilang mahal?

Kisah TK di Belakang Rumahku

Beberapa minggu lalu, ada musibah kecil di depan rumah.

Seorang anak kecil, siswa TK di belakang rumah, tertabrak angkot saat hendak meenyeberang jalan.
Si anak ini terluka di bagian pelipis, dan segera dibawa ke rumah penjual alat listrik untuk diobati. Tidak luka parah, karena masih bisa berjalan sendiri.

Pertanyaannya: Bagaimana mungkin, pada jam sekolah, seoorang siswa TK bisa keluyuran ke jalan hingga tertabrak? Di mana gurunya? di mana orang tuanya? Apakah sekolah tidak punya pintu gerbang? Inilah yang menjadi bahan kemarahan tetangga sebelah rumah.

Sekilas tentang TK ini.
Kegiatan belajar-mengajar TK ini berlangsung di teras sebuah rumah, dindingnya tepat menempel dinding belakang rumahku.Tapi sayangnya, rumah ini tidak dikondisikan layaknya TK. Entah dapat ide dari mana kok bisa membuat TK macam begini. Tidak ada area bermain, tidak ada halaman, tidak ada pengaman agar anak tidak keluar-masuk, dan penjaja makanan ecek-ecek bebas nongkrong, mungkin malah ikut menyimak pelajaran :D

Saat subuh, yang punya rumah --sebut saja namanya Mpok Onah-- menata perabot sekolah. Meja-kursi dikeluarkan dari susunannya, dan ditata. Saat pukul 10 pagi, derit-derit perabot terdengar lagi. Pasti sedang dibereskan.

Tidak ada yang melarang rumah dimanfaatkan sebagai tempat belajar. Namun jika sudah mencakup kepentingan publik, seharusnya segala syarat2 fisik harus dipenuhi. Aku ngga tau apa pendiri TK ini pernah sekolah di TK. Atau pernah survey TK atau melihat preseden. Aku dulu juga ber-TK di halaman rumah simbah. Rumah simbah luas, jadi halamannya dibangun ruang2 untuk TK..Sisa halamannya dipakai untuk area bermain. Kalo pulang sekolah dan belum dijemput, aku biasanya masuk ke rumah simbah nunggu dijemput Yu Atun atau Mama. Nah, bisa kan?asal memenuhi syarat saja.

Materi belajar TK ini lumayan berat. Lho kok tau? lha wong suaranya kedengaran dari rumah, hehehe..Materinya sudah masuk calistung (lho kan kebanyakan TK memang begini ya?) entahlah apa materi ini ideal untuk anak usi 4-5 tahun. tapi klo ngedenger sendiri, aku tidak tega kalo Azki masuk sekolah di situ. Satu hari aku mendengar mereka berhitung pertambahan. 13+2, 11-3, and so on. Jika tidak ada aral melintang, bulan depan mereka akan belajar logaritma, diferensial dan integral, hehehe..becanda :D

Dari segi lay out ruang, aku miris
Dari segi materi belajar, aku ngilu dengernya
Dari segi pendidikan sopan-santun? jangan ditanya...bubar jalan deh.

Mungkin karena tidak ada pendidikan moral yang cukup itulah, anak-anak ini menjadi 'liar' sekali. Merusak pohon penduduk yang sedang berbuah, menghancurkan batu bata yang sedianya akan dipakai untuk membangun pagar, membuang sampah di depan rumah orang dan di jalanan, menngintip rumah orang, berlarian di tepi jalan yang ramai tanpa pengawasan orang dewasa, dan lain-lain. Itu semua terjadi di jam sekolah, tepatnya saat istirahat. Benar-benar annoying!!

Dan buah dari kelalaian guru dan orang tua adalah kecelakaan kecil tadi.

Bagi yang mau mendirikan TK, tolong lihatlah preseden, carilah studi kasus serupa, seperti apa TK yang bagus. Kegiatan apa yang masuk program belajar. Karena jenis kegiatan akan men-generates ruang2 yang harus disediakan. Selain itu juga perlu diperhatikan masalah sirkulasi dan pengamanan, baik sirkulasi murid, guru, orang tua, dan tukang jajanan (kalo boleh jualan di sekitar sekolah).

Whee..lah, kok malah kuliah Perancangan di sini. Ga perlu jadi arsitek lah kalo cuma bikin TK. Yang jelas otak dan sense-nya dipake, beres.

Sebetulnya lahan halaman rumah kami cukup luas untuk dijadikan area bermain anak-anak. Cuman yaa..hmm... mungkin tabiat negatif sudah berkerak dan sulit hilang, akhirnya tanpa izin, tanpa -kalo orang Jawa bilang- nyuwun sewu,, pun mereka sudah turut berkontribusi mengacak2 halaman depan rumah kami.

Kalo kata Mama (Uti Azki), coba pasang ayunan di halaman, biar anak2 TK bisa main.
Hihihi..trus sumbangsih gurunya apa dong? ajarin sopan santun dulu, baru kubuatin, qiqiqix :p

Hmm..mulai berpikir di mana calon TK yang tepat buat Azki, 2.5 tahun lagi. Survey aah...
Kalo menurutku pribadi, TK yang baik adalah TK yang:
- Banyak menstimulasi perkembangan otak kanan-kiri anak secara seimbang
- Ruangannya bersih, ceria (penuh gambar).
- Ada area bermain dan berolahraga
- Ada kebun bunga (hihihi,,penting ngga sih?)
- Sanitasi bersih
- Di lingkungan yang tidak berakses langsung dengan jalan raya, apalagi exit toll, ntar dikira perumahan.
- Pengamanan OK (ada pagar yang terkunci selama proses KBM)
- Tidak ada mang-mang penjual jajanan beraneka warna-rupa-rasa. brati sekolahnya harus menerapkan kebijakan "membawa bekal dari rumah", kaya sekolahnya Toto Chan,
- Tidak perlu heboh berbahasa Inggris-Mandarin-Jepang, yang penting islami dan mengutamakan sopan santun.
- Ada program field trip

Hoahmm..requirement-nya muluk ga sih?