Saturday, January 16, 2010

Bergaya di Solo City Walk



Sejak dipimpin oleh walikota bapak Joko Widodo, banyak sekali perubahan yang terjadi di kota Solo, terutama perbaikan trotoar (ini yang paling terlihat). Pak Walkot pengen banget warganya bisa jalan2 di trotoar dengan aman, kek di luar negri gitu (luar negrinya mana, ga jelas). Sebetulnya memang ada program Sister City, cuma lupa euy sama kota mana..^_^

Nah, kami pun tergoda untuk menjajal City Walk ala kota Solo ini. Tepatnya di ex Pasar Triwindu, depan Pura Mangkunegaran. Pasar Triwindu-nya (pasar yang menjual barang antik, semacam yang di Jalan Surabaya, Jakarta) sih sudah direlokasi. Nyobanya Minggu pagi, jam 6.30, jadi masih sepi dan sejuk. Monggo dilihat...





Nah yang terakhir itu gambar hidangan dari Gudeg Yu Mari, yang ternyata ga direkomen oleh kerabat kami.

Sebetulnya belum puas,,masih ada beberapa lokasi lainnya yang dibenahi trotoarnya, dari Sriwedari sampai Loji Gandrung. Dan denger2, daerah Benteng Vastenburg (eh bener ngga nulisnya gini) juga dipugar jadi lebih keren. Wah lupa ke sana :( Tenang, masih ada liburan2 berikutnya. Semoga Solo berhasil menciptakan area yang nyaman buat jalur pedestrian, sepeda, becak, sepeda motor, sampe truk barang. Semangat Pak Walkot!

*btw, jadi teringat dengan mata kuliah "Pemugaran" dan Tante Ratri, hihihi..




Pascaliburan 2009-2010

Setelah berlibur hampir 1 bulan di Solo, saatnya kembali ke rutinitas sebagai Full Time Mom. Pulangnya juga lebih cepat dari yang direncanakan, karena ayah kangen, ngga ada yg membersihkan rumah. Weleh...

Sampai di rumah, langsung aku takjub atas 'kerusuhan' yang ada di rumah. Yah inilah rumah yang ditinggalkan sang nyonya selama kurleb 1 bulan. Seorang pria memang jangan diharapkan membersihkan rumah.

Badan capek, tapi mata risih melihat kekacauan di rumah. Akhirnya mulut dan hati mengomel ngga karuan. Ih bener2 deh....

Saat itulah ayah berkata, mana ada pegawai dapet cuti satu bulan. Ternyata, rasa capek bisa meredam serangan balik yg siap meluncur untuk ayah...coba kalo ngga..kaya gini nih yang bakal kuomongin:

"Pegawai kerja selama 8 jam sehari, sabtu-minggu libur. Jobdescnya cuma di satu divisi.
Ibu rumah tangga? kerja 16 jam sehari, sabtu-minggu masuk. Jobdescnya segala urusan rumah tangga: financial, HRD, food&beverages, cleaning service, social life...you name it.
Wajar dong jatah cutinya 2x lipat pegawai kantoran. Qiqiqiqix...^_^v
Pembenaran...pembenaran.....
memang enak kalau mengajukan pleidoi...

Setelah 2 hari berkutat membersihkan rumah (ngga sempurna juga, makanya masih mangkel), akhirnya sempat juga main ke tukang nasi uduk depan rumah. Sampe sana ditagih oleh-oleh.
* Mana oleh-olehnya dari Solo?"
# Ngga kebawa Bu, habis beraaat...
* Lah emang mau bawa apaan?
# Kraton Solo...

Ada lagi yang lain..dateng2 langsung dengan songongnya nagih
* Mana nih oleh-olehnya?
# Memangnya Bapak -waktu saya berangkat- ngasi bekal berapa kok berani nagih oleh-oleh?
* Lah sapa tau di kampung lagi bagi warisan
# Sembarangan..ngatain orang tua saya meninggal. kalo ada juga Bapak ngga saya bagi
* ==> jelek banget ketawanya :(

Bukannya ngga bawa oleh-oleh. Kan Ayah Azki pas pulang dari Solo awal Januari sudah bawa segala panganan. Memang kuakui Ayah Azki ini kurang pinter matematika, buktinya, pembagian aja ngga merata. Alaaah, opo tho yo...Sorry ya Yah..

Nah kenapa aku ngga bawa oleh-oleh?
Pertama, jadwal pulang yang mendadak ngga memungkinkan hunting makanan.
Dua, aku pulang cuma berdua ama Azki. Ngga mau nambah2in bawaan, cukup Azki, 1 ransel, dan 1 koper.

Jadi yaaa.harap malkum, eh maklum.
Toh ke Solo kan ngga cuma sekali ini. masih banyak kesempatan berikutnya, hehe....

Friday, January 1, 2010

Buku Bagus

Sekitar 8 bulan yg lalu, atau kapan ya tepatnyaa? aku pengeeeen banget beli buku yang dari judulnya aja sudah menggugah semangat keibuan (mulai berlebohai deh..). Judulnya "Bunda Manajer Keluarga". Waktu itu kalo ga salah ada seminarnya di pameran buku di Istora Senayan. karena tidak sempat ke pameran, akhirnya nyari di Gramedia. Dan...sudah habis. Wuih, jadi makin penasaran dong, apakah benar isinya sebagus judulnya?

Eh ternyata... pas liburan di Solo ini, Uti punya lho bukunya! senang, jadi bisa nunut mbaca. Emm kalo dibawa pulang ke Tangerang boleh ngga ya? dijamin akan dirawat ini buku dengan penuh cinta..

Ternyata buku yang ditulis Ibu Irawati Istadi ini mengibaratkan rumah tangga sebagai perusahaan. Karena di dalamnya ada Divisi Keuangan, Properti, Humas, Bina Rohani, Personalia, Food & Beverages, Cleaning Service,, you name it laah, semua ada di rumah. So, tentunya dibutuhkan Manajer dan CEO yang handal biar "perusahaan" ini tetap berdiri.

Buku ini terdiri dari 3 bab, plus banyak tips dari beberapa ibu yang beberapanya pasti sudah kita kenal, misalnya Dewi Motik, Astri Ivo, Tutty Alawiyah, Ratna Megawangi, Okky Asokawati, Fifi Aleyda Yahya, dan tentunya idola saya: Ibu Yoyoh Yusroh. Ngga ngidolain banget-banget sih, tapi kagum sama perannya sebagai IRT dan wakil rakyat. Masih banyak lagi expert mom yang ikut urun pendapat di sini.

Secara keseluruhan, buku ini aku nilai bagus deh ya...:)

Pola Asuh

Kita sebagai orang tua tentunya tau, bahwa pola asuh yang diterima anak haruslah berada dalam satu norma yang sama, terutama dari orang tua dan keluarga terdekat.
Hal inilah yang sebetulnya ngga kami lakukan terhadap Azki.

Ibu dan ayah bahkan ngga pernah membahas masalah ini sebagai masalah yang urgent. Yang kami sering lakukan adalah, kalau Azki menangis karena ibu melarangnya main di depan kulkas yang terbuka, ayah akan menggendongnya, berkata "cup cup cup" dan dengan baik hati membukakan pintu kulkas. Main di kulkas ini baru satu masalah. Masalah pelik lainnya adalah jika Azki sudah mulai mingkem ngga mau makan, ayah akan bilang ke ibu "sudahhh.. kasi mimimo ajaa". Berulang2 seperti itu solusinya.

Masih banyak lagi kejadian di mana ibu melarang, ayah akan datang sebagai super hero. Jadi kalo ibu perhatikan, sekarang Azki tahu harus pergi ke siapa untuk mendapatkan jawaban "Ya" untuk semua permintaannya. Pergi ke Ayah, atau pergi ke Baba. Akibatnya, semua kebijakan ibu menjadi tidak populer di mata Azki (cieee...bahasanya kaya ngomongin politik aja). Kalo ada kami bertiga dalam satu ruang -ibu, ayah, baba- Azki akan memilih ibu sebagai opsi terakhir untuk dipeluk2. Hmm.. ternyata batita begini sudah pintar mencari suaka...

I'm still in searching for any reading materials about this problem.
Atau ada teman yang mau share?